Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga Pemeringkat Kredit Internasional, Fitch memangkas prospek peringkat kredit Tiongkok menjadi negatif. Keputusan ini diambil setelah menakar risiko terhadap keuangan publik lantaran perekonomian Negeri Tirai Bambu saat ini menghadapi ketidakpastian yang semakin besar.
Adapun, penurunan peringkat ini sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Moody’s pada Desember lalu yang mana terjadi ketika Beijing meningkatkan upaya untuk memacu pemulihan yang lemah pasca Covid-19 di China melalui dukungan fiskal dan moneter.
Ekonom Senior Natixis Asia-Pasifik, Gary Ng mengungkapkan bahwa revisi prospek Fitch mencerminkan situasi yang lebih menantang dalam keuangan publik China sehubungan dengan dampak ganda dari perlambatan pertumbuhan dan bertambahnya utang.
“Hal ini tidak berarti bahwa Tiongkok akan gagal bayar dalam waktu dekat, namun ada kemungkinan untuk melihat polarisasi kredit di beberapa LGFV (sarana pembiayaan pemerintah daerah), terutama karena pemerintah provinsi melihat kesehatan fiskal yang lebih lemah,” ujarnya dilansir CNBC International, dikutip Kamis (11/4/2024).
Selain itu, Fitch memperkirakan utang pemerintah pusat dan daerah China akan meningkat menjadi 61,3% dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2024 dari 56,1% pada tahun 2023 yang mana penurunan yang jelas dari 38,5% pada tahun 2019.
Penurunan properti yang berkepanjangan dinilai telah membebani pemerintah daerah yang terlilit utang karena pendapatan mereka dari pengembangan lahan anjlok. Hal itu menyebabkan tingkat utang di banyak kota menjadi tidak berkelanjutan.
Adapun, pada saat yang sama, lembaga pemeringkat memperkirakan defisit pemerintah China secara umum akan meningkat menjadi 7,1% PDB pada tahun 2024 dari 5,8% pada tahun 2023. Hal itu terpantau menjadi yang tertinggi sejak 8,6% pada tahun 2020 ketika pembatasan Covid-19 yang ketat di Beijing sangat membebani perekonomian.
Meskipun Fitch menurunkan peringkatnya menjadi prospek negatif yang mengindikasikan kemungkinan penurunan peringkat dalam jangka menengah, Fitch mengafirmasi peringkat default emiten China di ‘A+’, kategori tertinggi ketiga.
Selain itu, S&P sebagai lembaga pemeringkat global besar lainnya, juga memberi peringkat China A+, setara dengan peringkat A1 Moody saat ini.
Dengan begitu, Fitch memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan melambat menjadi 4,5% pada tahun 2024 dari 5,2% pada tahun lalu, sementara Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB Tiongkok akan tumbuh 4,6% pada tahun ini.
Peringatan peringkat ini muncul meskipun ada tanda-tanda tentatif bahwa perekonomian Tiongkok mulai membaik.
Beijing digambarkan oleh para analis sebagai target pertumbuhan PDB yang ambisius yaitu sekitar 5,0% pada tahun 2024.
“Revisi prospek tersebut mencerminkan peningkatan risiko terhadap prospek keuangan publik Tiongkok karena negara tersebut menghadapi prospek perekonomian yang semakin tidak menentu di tengah transisi dari pertumbuhan yang bergantung pada properti menuju apa yang pemerintah pandang sebagai model pertumbuhan yang lebih berkelanjutan,” kata Fitch.
Artikel Selanjutnya
Video: Gempa di Perbatasan China-Kyrgyzstan, 50 Orang Terluka
(haa/haa)