Jakarta, CNBC Indonesia – Eropa kini memiliki kapasitas penyimpanan gas yang melimpah, tertinggi sepanjang masa. Kelimpahan gas ini menyebabkan harga pasar grosir anjlok, dan tagihan energi rumah tangga turun ke tingkat sebelum invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.
Para ahli telah memperingatkan bahwa melemahnya pasar gas dan listrik serta menurunnya tagihan listrik justru merupakan pertanda buruknya perekonomian yang dapat berlanjut hingga dekade berikutnya.
“Apakah krisis energi sudah berakhir? Tidak,” kata Tomas Marzec-Manser, kepala analisis gas di penyedia data ICIS, seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (5/4/2024). “Menurut saya, kami sedang mengelola krisis ini. Namun gambaran ekonomi yang lebih luas telah menjadi hal yang buruk.”
Selama lebih dari satu dekade sebelum invasi Ukraina pada Februari 2022, jaringan pipa Rusia merupakan satu-satunya sumber gas impor terbesar di Eropa. Setelah serangan Moskow, impor ini turun dua pertiga dari puncaknya pada tahun 2019, menyebabkan guncangan pasar yang memaksa harga grosir hampir 10 kali lipat dari tingkat sebelum krisis.
Saat ini terdapat tanda-tanda jelas bahwa krisis pasokan gas yang pertama kali muncul setelah pandemi, dan meningkat setelah perang Rusia terhadap Ukraina, mulai menunjukkan tanda-tanda mereda.
Menurut badan industri Gas Infrastructure Europe, Benua Biru telah bangkit dari musim dingin keduanya tanpa akses terhadap pasokan Rusia dengan cadangan gas yang mencapai rekor penuh sebesar 59%. Ini berkat impor pipa dari Norwegia dan kargo melalui laut dari AS.
Menurut ICIS, simpanan gas akan terisi 95% pada awal September tahun ini, jauh di atas target Uni Eropa untuk mengisi fasilitas mereka hingga 90% pada November. Kelimpahan gas ini berarti harga pasar akan terus turun.
Perkiraan awal menunjukkan bahwa harga gas acuan Eropa mungkin turun ke rata-rata 28,32 euro/MWh selama bulan-bulan musim panas dari April hingga September, turun lebih dari 17% dari rata-rata musim panas tahun lalu, namun masih lebih dari dua kali lipat rata-rata 11,58 euro/MWh yang tercatat pada musim panas 2019.
Untuk pasar listrik, harga acuan diperkirakan turun lebih dari sepertiga dibandingkan musim panas lalu menjadi rata-rata 63,18 euro/MWh antara April dan September, angka musim panas terendah sejak tahun 2020.
Kemerosotan pasar energi Eropa telah meluas hingga ke sektor rumah tangga. Di Inggris, batasan harga energi yang ditetapkan oleh regulator Ofgem, yang menetapkan harga maksimum yang dapat dikenakan oleh pemasok per unit gas atau listrik, turun sebesar 238 poundsterling menjadi 1.690 poundsterling untuk tagihan bahan bakar ganda tahunan pada awal pekan ini, terendah selama dua tahun terakhir.
“Tetapi harga yang lebih rendah saja tidak cukup untuk mengakhiri krisis energi,” menurut Marzec-Manser. “Ada gambaran ekonomi yang lebih luas yang perlu dipertimbangkan.”
Jatuhnya harga-harga di pasar baru-baru ini sebagian disebabkan oleh kesuraman perekonomian yang disebabkan oleh krisis energi itu sendiri, katanya. Meningkatnya tagihan energi telah memicu inflasi di negara-negara besar, yang menyebabkan krisis biaya hidup dan memperlambat permintaan konsumen terhadap produk-produk baru.
Hal ini pada gilirannya telah mengurangi aktivitas ekonomi di pusat-pusat industri Eropa, dan membatasi permintaan gas dari industri berat. Marzec-Manser memperkirakan permintaan gas industri akan tetap 20% di bawah tingkat sebelum pandemi tahun ini.
Artikel Selanjutnya
Bukan Cuma Ukraina, Warga Eropa Siap-Siap Hadapi Perang Vs Rusia
(luc/luc)