Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan memperingatkan Israel mengenai perubahan tajam dalam kebijakannya di Perang Gaza. Ini terkait rasa frustasi terhadap sikap Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di tengah meningkatnya tekanan dalam negeri Washington menjelang pemilu presiden (pilpres) AS.
Perlu diketahui, Biden selama ini kokoh di belakang Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober. Meski banyak kritik muncul akibat banyaknya kematian warga sipil di Gaza, ini tidak menghentikan AS memasok perangkat keras militer kepada sekutu utamanya itu.
Namun kini partai Biden, Partai Demokrat, menghadapi kemarahan yang meningkat dari pemilih Muslim dan generasi muda atas dukungannya terhadap Israel. Bahkan sekutu politiknya sendiri di dalam negeri telah mendesak Biden untuk menjadikan “bantuan” ke Tel Aviv sebagai syarat untuk mengubah perilaku Israel.
Mengutip AFP, dalam percakapan telepon selama 30 menit, pembicaraan menegangkan terjadi antara Biden dengan Netanyahu kemarin. Ini pasca serangan rudal Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan dari World Central Kitchen (WCK) di Gaza, di mana ada warga Inggris, Australia dan Polandia di antaranya.
Untuk pertama kalinya, Biden menegaskan bahwa kebijakan AS sehubungan dengan Gaza akan ditentukan oleh penilaian Washington terhadap tindakan segera Israel. “Untuk mengakhiri pembunuhan dan situasi kemanusiaan yang mengerikan,” kata Gedung Putih dalam pengumuman ke wartawan.
Pernyataan keras tersebut juga menggambarkan serangan ke pekerja bantuan sebagai hal yang “tidak dapat diterima”. AS mendesak Israel untuk segera mengambil langkah menuju gencatan senjata.
“Ya, rasa frustrasi semakin meningkat,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby.
Meski begitu sayangnya, ia tak mengkonfirmasi apakah penghentian bantuan militer akan dilakukan atau ini hanya memberikan sedikit ruang bagi Israel untuk bermanuver. Tapi ia memperingatkan bahwa AS akan mengambil tindakan dalam beberapa jam dan hari mendatang ke Negeri Zionis.
Partai Demokrat yang Ketar-Ketir & Muslim yang Marah
Di sisi lain, Partai Demokrat diyakini khawatir bahwa kemarahan di kalangan pemilih Arab-Amerika dan Muslim dapat merugikan Biden. Ini khususnya di negara-negara bagian penting seperti Michigan, yang harus ia menangkan dalam pemilu November, yang diperkirakan akan berlangsung ketat melawan calon presiden Partai Republik, Donald Trump.
“Saya pikir kita berada pada titik itu,” kata senator Partai Demokrat dari negara bagian asal presiden, Delaware, Chris Coons, berbicara ke CNN International.
Bukan hanya itu, Biden juga dilaporkan menghadapi tekanan dari orang dekat. Ini khususnya dari Ibu Negara Jill Biden.
“Hentikan, hentikan sekarang,” katanya kepada presiden tentang meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza, menurut komentar Biden sendiri kepada seorang tamu selama pertemuan dengan anggota komunitas Muslim di Gedung Putih dan dilaporkan New York Times.
Saat acara tersebut, diketahui seorang dokter keturunan Palestina-Amerika keluar dari pertemuan tersebut. Sementara beberapa anggota komunitas Muslim menolak untuk mengambil bagian dalam makan malam tradisional puasa Ramadhan pada saat kelaparan melanda Gaza.
Perubahan Sikap Biden yang Tanpa Langkah Nyata & Data Pemilih AS
Sebenarnya retorika Biden semakin tajam ke Israel sudah terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Ini ketika jumlah korban warga sipil melonjak melewati 30.000 orang dan situasi kemanusiaan menjadi semakin mengerikan.
Biden memerintahkan pengiriman bantuan AS ke Gaza. Dia juga menahan diri untuk tidak menggunakan hak veto yang biasa dilakukan AS di Dewan Keamanan PBB sehingga memungkinkan tercapainya resolusi yang menyerukan gencatan senjata, dan kemudian membuat Netanyahu marah.
Namun, kata-kata Biden tidak diimbangi dengan langkah nyata untuk membatasi bantuan militer senilai miliaran dolar yang disuplai Washington kepada sekutu utama mereka di kawasan itu.
Buktinya, mengutip The Washington Post, pemerintahan Biden menyetujui pengiriman ribuan bom lagi ke Israel, pada hari yang sama dengan serangan Israel yang menewaskan tujuh pekerja bantuan.
“Sampai ada konsekuensi substantif, kemarahan ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Bibi (Netanyahu) jelas tidak peduli dengan apa yang dikatakan AS, yang penting adalah apa yang dilakukan AS,” kata Ben Rhodes, mantan wakil penasihat keamanan nasional Presiden Barack Obama.
Sementara itu, menurut jajak pendapat Gallup yang dirilis pada 27 Maret, para pemilih di AS juga semakin menentang serangan Israel di Gaza. Mayoritas dari 55% kini tidak menyetujui tindakan Israel dibandingkan dengan 36% yang menyetujuinya.
Artikel Selanjutnya
Biden Sebut Dirinya Seorang Zionis, Cinta Netanyahu
(sef/sef)