Jakarta, CNBC Indonesia – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kini telah anjlok di kisaran atas Rp 15.900/US$ tak membuat pemerintah was-was berlebihan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pergerakan rupiah itu merupakan kondisi biasa terjadi. Ia pun masih menganggap fluktuasinya normal.
“Kita monitor aja, biasa fluktuasi normal-normal saja,” kata Airlangga saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (3/4/2024).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,13% di angka Rp15.915/US$. Pelemahan ini semakin memperpanjang tren depresiasi yakni lima hari beruntun dan posisi hari ini juga merupakan yang terparah sejak 1 November 2023.
Padahal, indeks dolar DXY pada pukul 14:49 WIB turun ke angka 104,8 atau melemah 0,01%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (2/4/2024) yang berada di angka 104,81.
Menurut Airlangga pelemahan nilai tukar harus diantisipasi dampaknya untuk jangka menengah panjang. Jika pergerakan yang terjadi hanya dalam rentang harian, menurutnya telah pemerintah lakukan dengan monitor pergerakannya secara rutin.
“(Antisipasinya) ya tentu kita lihat jangka yang lebih menengah lagi, kalau efek harian kita monitor lagi.”
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto menjelaskan salah satu faktor yang membuat rupiah melemah yakni menurunnya optimisme pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga AS tahun ini.
Hal ini terjadi akibat kuatnya data ekonomi AS belakangan ini, khususnya dari inflasi AS yang mengalami kenaikan menjadi 3,2% year on year/yoy hingga data ketenagakerjaan yang masih cukup kuat ditandai dengan unemployment rate yang masih berada di angka 3,9%.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh kondisi dalam negeri. Di antaranya adalah tingginya permintaan dolar AS menjelang puasa, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga inflasi yang kembali naik.
“Sementara dari domestik ada permintaan USD terkait repatriasi dan masih outflownya asing di pasar SBN. Rilis data inflasi Indonesia kemarin yg di atas ekspektasi, yg banyak disebabkan oleh volatile food, ikut mendorong pelemahan rupiah,” imbuhnya.
Artikel Selanjutnya
Sri Mulyani Ungkap Masalah Besar, Banyak yang Gak Sadar!
(haa/haa)